Baliadalah pulau yang indah yang dikelilingi lingkungan indah, adat dan budaya terjaga serta ribuan pura yang berada hampir di seluruh pelosok bali. Selain itu, Pulau bali juga disebut dengan Pulau Dewata. Bali juga dilindungi oleh 9 dewa yang berada pada setiap arah mata angin. 9 Dewa Pelindung Bali ini juga disebut dengan Dewata Nawa Sanga. TheKeranjang Bali, Lokasi Berburu Oleh-oleh Khas Pulau Dewata dalam Satu Lokasi Yuni Astutik. Senin, Juni 17, 2019 18.00. Tempat oleh-oleh di Bali ini menawarkan banyak sekali pilihan buah tangan yang bisa dibawa pulang. Mulai dari makanan dan camilan (pie susu, kacang disko, bakpia dan lain-lain), souvenir dan pajangan (lukisan, produk Julukan Kota Bali yang paling terkenal adalah Pulau Dewata. Julukan ini diberikan karena mayoritas masyarakatnya yang memeluk agama Hindu dan percaya akan adanya Dewa. Oleh sebab itu, disebut dengan Pulau Dewata. Maka dari itu, kamu tidak perlu heran apabila banyak menjumpai sesaji di berbagai tempat di Bali. Berdasarkan keterangan-keterangan yang ditemukan pada prasasti abad ke-8 Masehi dapatlah dikatakan bahwa periode sejarah Bali Kuno meliputi kurun waktu antara abad ke-8 Masehi sampai dengan abad ke-14 Masehi dengan datangnya ekspedisi Mahapatih Gajah Mada dari Majapahit yang dapat mengalahkan Bali. Nama Balidwipa tidaklah merupakan nama baru Menurut Prof Bandem, sebutan Pulau Dewata erat kaitannya dengan konsep kosmologi Bali yang berhubungan dengan keyakinan Agama Hindu di Bali. Konsep kosmologi yang dimaksud adalah Dewata Nawa Sanga. Yakni sembilan Dewa yang menjaga Bali di setiap arah penjuru mata angin, termasuk di tengah. KerajinanTangan Khas Pulau Dewata yang Bisa Jadi Oleh-oleh Bermakna! Ditulis oleh: Hannii, pada tanggal: Juni 30, Beberapa dari kamu pasti udah kenal dengan yang namanya Sarung Bali, kain celup yang sering dipakai oleh banyak wisatawan di pantai. Ternyata, jenis kain tradisional khas Bali masih ada banyak loh! Seni Rupa dan Sejarah lCeJ. › Pelaku usaha di Bali turut mendapatkan efek domino dari penerapan pelonggaran aturan perjalanan yang ditetapkan pemerintah. Hal ini diharapkan menjadi momentum membangkitkan perekomian warga. Oleh KRISTI DWI UTAMI, ERIKA KURNIA 6 menit baca KOMPAS/KRISTI D UTAMISuasana di Toko Oleh-Oleh Krisna, Kecamatan Kuta, Kabupaten Badung, Bali, Kamis 24/3/2022. Toko yang sebelumnya sepi karena pandemi tersebut mulai ramai didatangi pramuniaga di toko oleh-oleh Krisna di Kecamatan Kuta, Kabupaten Badung, Bali, berdiri di depan rak berisi tumpukan pai susu, Kamis 24/3/2022 siang. Mereka membersihkan rak, memastikan tidak ada debu. Barang-barang yang tergeser dari tempatnya juga mereka merapikan barang, salah satu karyawan menghampiri mereka seraya berkata, ”ada tamu Rombongan, ayo.” Mendengar kalimat itu, mereka bergegas berpencar, bersiap-siap menyambut rombongan pengunjung dari Lumajang, Jawa Timur. Para pramuniaga itu menawarkan aneka dagangan di hadapan mereka kepada pengunjung. Pertanyaan-pertanyaan pengunjung terkait produk-produk di toko itu mereka jawab dengan antusias.”Belakangan ini, pengunjung sudah mulai berdatangan. Rata-rata mereka datang dalam rombongan kecil, misalnya keluarga. Kalau yang rombongan-rombongan besar belum banyak,” kata Made 24, salah satu pramuniaga di toko Juga Antusiasme Pariwisata Bali Menyambut PelonggaranKOMPAS/KRISTI D UTAMISuasana di Toko Oleh-Oleh Krisna, Kecamatan Kuta, Kabupaten Badung, Bali, Kamis 24/3/2022. Toko yang sebelumnya sepi karena pandemi mulai ramai. Karyawan-karyawan yang sempat dirumahkan juga kembali dipekerjakan lagi. Mulai ramainya kunjungan di Krisna disyukuri Made yang sebelumnya sempat dirumahkan. Tak sendiri, Made dirumahkan bersama dengan sekitar karyawan Krisna lainnya.”Waktu dirumahkan saya menganggur, tidak dapat pemasukan sama sekali. Sekarang ini bersyukur, saya sudah bisa mulai bekerja,” pusat oleh-oleh lain, misalnya Keranjang dan Joger, yang sebelumnya sepi pembeli juga mulai kembali didatangi pengunjung. Meski belum dalam jumlah yang signifikan, penambahan jumlah kunjungan itu disyukuri para pelaku usaha di tempat dapat uang paling banyak Rp per hari. Kondisi ini terbilang sudah lebih baik dibandingkan dengan kondisi pada awal Juga Pemulihan Ekonomi Bali Tergantung dari PariwisataSekitar 35 kilometer dari Krisna, ada Pasar Seni Sukawati yang juga mulai didatangi pengunjung. Puluhan pedagang yang sejak pagi membuka lapak itu tak pernah lelah menyapa pengunjung yang datang. Tawaran diskon mereka keluarkan agar para pengunjung menoleh, syukur-syukur bisa mampir berbelanja di 21/3/2022 petang, senyum terkembang di wajah Ketut Wartini 31 yang sudah belasan tahun berdagang pakaian di Pasar Seni Sukawati. Musababnya, seorang perempuan muda membeli tiga pasang pakaian dari sebesar Rp yang ia terima dari hasil tawar-menawar perempuan itu ia kibas-kibaskan ke seluruh permukaan dagangannya. Mulutnya merapal mantra, ”Laris, laris, laris.”KOMPAS/KRISTI D UTAMIPedagang menanti pembeli di Pasar Seni Sukawati, Kabupaten Gianyar, Bali, Senin 21/3/2022. Setelah sempat tutup karena pandemi, satu per satu pedagang di pasar itu mulai kembali membuka lapaknya. Sejak pandemi, usaha dagang Ketut mandek. Ia pernah berhari-hari pulang ke rumah dengan tangan kosong karena tak ada pembeli. Hal itu yang kemudian membuatnya terpaksa menutup tokonya tiga telah mulai dibuka kembali pada pertengahan 2020, rezekinya masih saja seret. Ia yang biasanya mendapatkan paling sedikit Rp 5 juta sehari melalui penjualan pakaian hanya mendapat uang paling banyak Rp per hari.”Sepekan terakhir sudah lumayan, ada peningkatan pendapatan menjadi Rp per hari. Semoga, ke depan bisa terus seperti ini, pelan-pelan tidak masalah, yang penting nanti ada pemasukan dulu,” Ketut, rata-rata pengunjung di Pasar Seni Sukawati adalah wisatawan lokal. Ia berharap wistawan mancanegara bisa segera menyusul meramaikan Juga Kerinduan Bali Dikunjungi Wisatawan Mancanegara Segera TerobatiPedagang di tempat-tempat wisata juga mulai terdampak dengan adanya pelonggaran aturan perjalanan dan pembebasan wisatawan mancanegara dari karantina. Di Rice Terrace Tegallalang, Kabupaten Gianyar, misalnya, rumah-rumah makan dan toko pernak-pernik yang sebelumnya sepi mulai didatangi pengunjung. Hal itu membuat pelaku usaha wisata di sana bersiap melakukan perbaikan dan peremajaan wahana.”Selama tidak didatangi pengunjung, wahana banyak yang rusak karena tidak terawat. Karena saat ini sudah mulai sedikit ramai, kami mulai bersiap-siap memperbaiki yang rusak,” ucap Wayan, pemilik warung KURNIASuasana bangunan kafe tidak terurus yang berhadapan dengan tempat wisata sawah terasering di Kecamatan Tegallalang, Kabupaten Gianyar, Bali, Senin 21/3/2022. Pandemi selama dua tahun terakhir membuat banyak tempat usaha yang berhadapan langsung dengan destinasi andalan wisatawan itu gulung kondisi normal, warung makan sekaligus titik swafoto milik Wayan dipadati pengunjung setiap harinya. Omzetnya kala itu mencapai Rp 20 juta sehari. Kini, untuk mendapatkan uang Rp 1 juta dalam sehari terbilang sulit.”Sekarang dapat uang paling banyak Rp per hari. Kondisi ini terbilang sudah lebih baik dibandingkan dengan kondisi pada awal pandemi. Pandemi ini memang parah sekali dampaknya, bahkan lebih parah daripada waktu krisis ekonomi pada 1998 dan bom Bali pada 2022,” tutur luring Selain pusat-pusat oleh-oleh dan pelaku usaha wisata, pusat perbelanjaan juga mulai ada peningkatan jumlah pengunjung. Rata-rata peningkatan pengunjung terjadi sekitar 10-20 persen dari kondisi normal.”Di Bali ada 16 mal, yang 15 di antaranya merupakan anggota Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia APPBI. Sejak adanya pelonggaran aturan perjalanan, mereka melaporkan adanya kenaikan pengunjung kendati peningkatannya belum terbilang signifikan. Mungkin karena penerbangan masih terbatas. Nanti kalau sudah banyak penerbangan, saya yakin peningkatan pengunjung akan terjadi lebih signigikan lagi,” papar Ketua Dewan Pengurus Daerah APPBI Bali Gita menyambut baik pelonggaran-pelonggaran aturan bagi wisatawan untuk berkunjung ke Bali. Hal itu diharapkan mampu menopang pertumbuhan pengunjung di pusat-pusat perbelanjaan yang sepi sepanjang pandemi. Gita juga berharap para pelaku usaha diberi keringanan dari pemerintah berupa relaksasi pajak dan pemberian diskon pembayaran tagihan KURNIAPemandangan sawah terasering dari sisi dalam bangunan kafe yang tidak terurus di Kecamatan Tegallalang, Kabupaten Gianyar, Bali, Senin 21/3/2022. Pandemi selama dua tahun terakhir membuat banyak tempat usaha yang berhadapan langsung dengan destinasi andalan wisatawan itu gulung Gabungan Industri Pariwisata Indonesia GIPI Bali Ida Bagus Agung Partha Adnyana mengatakan, pelonggaran kebijakan perjalanan yang dibuat pemerintah membantu pelaku usaha, termasuk di bidang kuliner dan kesenian, untuk kembali ke dia, para pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah tetap membutuhkan wisatawan yang berkunjung dan membeli produk mereka secara daring. Pandemi yang membuat mereka kehilangan pembeli jelas membuat mereka mencari alternatif atau inovasi, termasuk dengan berjualan secara daring.”Misal, UMKM di Sukawati, orang ke sana memang untuk cari souvenir dan gift. Kalau habis dari Ubud, dan lain-lain pasti mampir ke Sukawati. Tidak semuanya bisa terdigitalkan. Mereka, saya yakin, punya marketplace, tapi tipe marketnya tetap offline. Toko Krisna juga punya marketplace, tapi lebih banyak yang datang untuk beli,” Juga Bali Perlu Lirik Sektor Lain di Luar PariwisataMeski demikian, ia tidak menampik, kebutuhan digitalisasi penjualan produk bisa meningkat seiring pergeseran usia pasar. ”Nanti kita pelan-pelan berubah. Namun, sekarang sudah ada perubahan, terutama di bidang food and beverages, sudah mulai mengarah ke sana,” saat ini, toko penjualan oleh-oleh luar jaringan atau luring memang masih dicari wisatawan ketika datang ke Bali. Salah satunya Melia, yang niat datang ke Toko Krisna di kawasan Sunset Road untuk membeli buah tangan setelah melakukan perjalanan dinas di Bali dari Surabaya, Jawa Timur. Ia bahkan mendapat titipan dari temannya di Mojokerto untuk membeli camilan khas, seperti pai susu dan KURNIAGerbang masuk kawasan Tanah Lot di Desa Beraban, Kediri, Kabupaten Tabanan, Bali, Minggu 20/3/2022. Lokasi wisata di pantai barat Pulau Dewata ini mulai ramai didatangi wisatawan, khususnya wisatawan domestik. Rata-rata jumlah kunjungan per hari di sana orang, meningkat dibandingkan dengan rata-rata kunjungan harian pada periode tahun 2021.”Saya jarang ke Bali. Jadi, kalau ke sini, kurang rasanya kalau enggak mampir ke toko oleh-oleh dan belanja. Teman saya pun sampai titip satu kardus karena kangen sama Bali, tetapi belum sempat ke sini,” katanya saat ditemui, Jumat 25/3.Di tempat yang sama, Lusi dan rombongan rekan kerjanya juga meluangkan waktu sehari di Bali setelah mengikuti kegiatan kedinasan untuk membeli oleh-oleh. Mereka pun tidak hanya mendatangi satu tempat, tetapi juga beberapa sentra oleh-oleh di kawasan Kuta yang dekat dengan tempat mereka menginap.”Kayak udah jadi kewajiban kayaknya kalau ke Bali harus bawa oleh-oleh. Minimal pai susu,” celetuknya. Sepekan terakhir, wisatawan domestik dan asing sudah berseliweran ke lokasi wisata di Pulau Dewata, membangunkan harapan pada masa depan yang kembali normal, termasuk pusat oleh-olehnya. Walter Spies, pelukis Jerman, bersama penduduk Bali. KRISIS ekonomi di Eropa saat ini berdampak pada perekonomian Indonesia. Sektor pariwisata ikut terpukul, “karena kunjungan didominasi turis dari kawasan itu,” tulis Kompas 19/6. Pariwisata menyumbang devisa dalam negeri di atas lima persen per tahun terhadap pendapatan negara. Tahun ini, meski belum bisa menetapkan target kunjungan, pendapatan dari pariwisata tidak kurang dari 8,6 miliar dollar AS. Destinasi wisata ke Bali hingga kini masih tetap yang tertinggi. Sejak dulu Bali memikat banyak orang Eropa. Keindahan alam, keunikan budaya, dan agamanya jadi magnet yang menarik pengunjung. Bali kerap disebut sebagai “surga terakhir” di bumi. Karenanya penguasa kolonial berusaha menjadikan Bali sebagai museum hidup. “Pulau ini akan menjadi panggung terbuka yang memamerkan kuil yang direstorasi dengan biaya mahal dan sekolah Hindu-Bali’ khusus, yang akan mengajarkan tari Bali, musik gamelan, seni lukis, serta agama dan filsafat Hindu kepada anak-anak,” tulis Frances Gouda dalam Dutch Cultures Overseas. Balinisasi itu pula yang muncul dalam imajinasi para seniman, yang berdatangan ke Bali. Banyak seniman Eropa menetap di Pulau Dewata. Adrien Jean Le Mayeur de Merpes salah satunya. Pelukis Belgia itu menjadikan Bali sebagai rumah terakhirnya pada 1932. Dia menikahi Ni Polok –penari legong tenar berusia 15 tahun yang kerap jadi model lukisannya. Ada juga Walter Spies, pelukis Jerman yang bermukim, berkarya, dan menghidupkan kembali Museum Etnografi yang didirikan arsitek Jerman Curt Grundler namun hancur akibat letusan Gunung Batur. Banyaknya seniman turut mempopulerkan Bali ke dunia Barat. Biro-biro wisata terdorong menjual paket wisata ke Bali pada akhir 1920-an. Penginapan-penginapan sederhana dibangun. Pada kurun waktu yang sama, perusahaan pelayaran Koninklijke Paketvaart Maatschappij KPM punya rute pelayaran ke Bali. KPM membangun hotel pertamanya, Hotel Bali. Mereka juga mempromosikan Bali via poster, brosur, hingga perangko. Jumlah turis Eropa ke Bali terus meningkat 50-100 orang per bulan pada 1930 meningkat lebih dari 100 persen pada 1939. Horst Henry Geerken, yang kali pertama ke Bali pada 1964 dalam kapasitas membangun Bandara Internasional Tuban kini Ngurah Rai dan mewakili perusahaan Telefunken, masih merasakan kesan indah tentang Bali. Baginya, Bali adalah tempat nyata bagi perpaduan antara keindahan dan kebahagiaan. Kekayaan itu tak didapatkan di tempat lain, termasuk di daerah lain di Indonesia. “Bagi orang luar, Bali dengan pura, warna-warni, tarian, dan musiknya seperti museum,” tulis Horst Henry Geerken dalam A Magic Gecko. Kekayaan budaya dan keindahan alam tetap jadi modal pengembangan pariwisata Bali oleh pemerintah Indonesia tatkala negeri ini sudah berdiri. Presiden Sukarno lalu membuat bandara Internasional Tuban kini Ngurah Rai dan membangun Bali Beach Hotel, yang dibangun dengan dana pampasan perang Jepang. “Presiden Soekarno saat itu telah menyadari bahwa Bali akan menjadi daya tarik turis sehingga memerintahkan dibangunnya sebuah hotel mewah,” tulis Geerken. Namun, pemerintahan Sukarno yang singkat dan tersita urusan politik tak bisa berbuat banyak mengembangkan pariwisata Bali. Baru pada masa Orde Baru, yang berorientasi pembangunan ekonomi, pemerintah gencar membangun pariwisata Bali dan mempromosikannya ke berbagai tempat. Pembangunan infrastruktur pariwisata, seperti hotel dan restauran, makin digalakkan. Bali makin terkenal ke seantero jagat. Sejumlah seniman Barat masih tergerak datang. Ketenaran Bali bahkan jauh melebihi ketenaran Indonesia. Banyak orang luar negeri menyangka Bali bukan bagian Indonesia. Meski begitu, menurut Robert Pringle dalam A Short History of Bali Indonesia′s Hindu Realm, tak ada aspek sejarah Bali yang dapat sepenuhnya dipahami secara terpisah dari konteks Indonesia. Jenderal Mansergh menerima penyerahan Bali dari Kolonel Hobungo Tsunoka dari Tentara Jepang. via Penulis Ufiya AmirahBelakangan ini ramai pemberitaan tentang Bupati Langkat, Sumatra Utara Sumut, yang diduga telah melakukan perbudakan dengan mengkrangkeng para buruh sawit di rumahnya. Menurut Polda Sumut, kerangkeng tersebut digunakan untuk para nara pidana napi pihak kepolisian tersebut berbeda dengan apa yang disampaikan oleh Migrant Care. Justru Migrant Care menilai bahwa kerangkeng manusia tersebut adalah bentuk perbudakan modern. Berkaca dari kasus tersebut, apakah perbudakan pernah terjadi di Bali?Bali yang disebut-sebut sebagai surga dunia, ternyata juga pernah memiliki sejarah panjang tentang perbudakan. Dalam kehidupan sosial, tidak ada tatanan masyarakat tanpa konflik. Konstruksi kelas, kasta, perang kepentingan ekonomi dan politik, telah melahirkan berbagai kesenjangan dan ketimpangan. Apa saja bentuk perbudakan yang pernah terjadi di Pulau Dewata? Berikut sejarah panjang kejahatan perbudakan manusia di Bali. Baca Juga Sejarah Kabupaten Badung, Pernah Menjadi Pusat Perdagangan Budak 1. Era Kolonialisme Abad XVII-XIXPerbudakan era Kolonialisme. 2006, dalam bukunya berjudul Sisi Gelap Pulau Dewata Sejarah Kekerasan Politik, mengungkapkan bahwa budak adalah ekspor utama Bali dalam sektor ekonomi di abad ke XVII sampai XIX. Umumnya, budak perempuan dihargai 50 sampai 100 dolar dan laki-laki dihargai 10 hingga 30 dolar, lebih rendah dari di abad ke-17, daya minat asing terhadap budak di Bali cukup tinggi. Ekspor budak pertahunnya bisa mencapai orang. Raja Bali juga turut serta memanen keuntungan dari permintaan pasar atas para budak di dipandang tidak lebih dari sebuah barang. Oleh karena manusia dianggap barang, maka pemilik barang dapat memperlakukan barang tersebut sekehendaknya. Majikan dapat mengeksploitasi para budak sesuai kebutuhannya. Budak haruslah patuh pada majikan. Apabila sudah dianggap tak berguna, maka majikan berhak menjual-belikan kembali Masa Fasisme Jepang 1943-1945Perbudakan masa Fasisme Jepang yang tidak kenal Jugun Ianfu? Penari perempuan yang seringkali dijadikan objek pemuas hasrat bagi para milisi Jepang. Tak ayal, perempuan sebagai budak seks juga terjadi di perbedaan budak seks dan pekerja prostitusi? Pekerja Seks Komersial PSK diupah, sedangkan budak seks hanya sebagai objek pemuas seks tanpa ada pesangon. Mereka direkrut secara paksa tanpa ada konsensualitas kedua belah riset yang dilakukan oleh Dinar Kartika 2008 dengan topik Jugun Ianfu Pada Masa Pendudukan Jepang di Indonesia 1942—1945 Sebuah Analisis Perspektif Gender, memberikan gambaran penting mengenai praktik perdagangan perempuan pada masa fasisme Jepang di Bali. Mantan pekerja hiburan di Hotel Wongaye, Denpasar, menceritakan bahwa hotel tersebut merupakan tempat strategis untuk diperjual belikannya para Jugun Wongaye menyediakan 20 orang perempuan Jugun Ianfu. Para petugas hotel akan memberikan referensi foto perempuan yang dapat "dibeli" kepada para tamu. Dalam sekali transaksi, mereka perlu membayar Rp300. Para perempuan yang sudah dibeli tidak boleh menolak kemauan "konsumen".3. Kekuasaan Orde Baru 1965-1966Era Orde Baru. besar warga Bali yang mendengar tragedi 1965 mungkin akan tiba-tiba sengaja membisu, hening, dan seakan-akan tidak tahu apa-apa. Ada trauma yang begitu dalam dan menyakitkan, perlu dikubur sedalam mungkin sehingga tak perlu ada yang tahu. Hampir 32 tahun Orde Baru membisukan tragedi 65 hingga pada titik kondisi diam dianggap menjadi kultur sifat apolitis masyarakat atas hiruk pikuk kekotoran tahun 2007 Komisi Nasional Perempuan menerbitkan Laporan Pemantauan HAM Perempuan Kejahatan terhadap Kemanusiaan Berbasis Jender Mendengarkan Suara Perempuan Korban Peristiwa 1965. Bali tak luput dari perilaku pelanggaran Hak Asasi Manusia HAM terhadap perempuan berupa perbudakan seks oleh para militer atau milisi sipil dalam tragedi 65-66. Korban penyerangan massa di Kabupaten Karangasem, G, bercerita "Mereka menyeret saya, lalu menelanjangi saya di depan mayat suami dan mertua saya. Mereka tidak membunuh saya, melainkan mengarak saya bertelanjang di sekitar daerah situ. Sesudah dibawa berkeliling desa, saya diikat di balai desa, tetap dalam keadaan telanjang. Lalu mereka pergi. Beberapa orang laki-laki datang mendekati saya dan dengan kasar menggerayangi tubuh saya. Saya tidak tahu, entah di mana anak saya. Tapi saya pun tidak bisa menanyakannya kepada mereka itu. Saya diikat telanjang di balai desa selama hampir 24 jam tanpa diberi makan atau minum. Setiap kali saya melapor pada penguasa, saya selalu mereka perlakukan dengan tak senonoh. Saya diharuskan melayani nafsu seks para interogator. Terkadang mereka datang pada waktu malam untuk tidur dengan saya. Mereka tidak mengizinkan saya pindah ke rumah lain. Karena jika saya pindah, mereka akan menuduh saya melarikan diri." 4. Memasuki tahun 2000anIlustrasi Perdagangan Perempuan IDN Times/Mardya Shakti Perlakuan tak manusiawi, perbudakan melalui perdagangan manusia, masih saja terjadi. Dilansir dari Los Angeles Times, 6 Januari 2022, eksploitasi anak turut meningkat di Bali sejalan dengan matinya pariwisata sejak COVID-19 melanda Pulau Bali yang sangat bergantung pada sektor pariwisata mengakibatkan hilangnya mata pencaharian penduduk secara drastis. Tak ayal, memperdagangkan manusia menjadi jalan pintas untuk memenuhi kebutuhan perut. Perdagangan manusia, khususnya perempuan dan anak, acapkali dilakukan secara daring seperti melalui Telegram, Mechat, atau Tinder. Para mucikari melakukan manipulasi dengan berbagai cara untuk merekrut para korban. Baik dengan iming-iming gaji yang tinggi maupun menjanjikan pekerjaan yang layak di hotel dan tautan disebutkan bahwa telah terjadi eksploitasi anak dan tindak pidana perdagangan orang dengan kurun waktu 28 Desember 2019 sampai 15 Januari 2020 di Desa Senganan, Penebel, Kabupaten Tabanan. Sindikat pelaku eksploitasi tersebut diduga adalah warga Perbudakan di Bali hingga kiniIlustrasi kekerasan IDN Times/Sukma ShaktiSebagai kota internasional, Bali sangat rentan terhadap opresi human trafficking lintas negara. Secara historis, fakta-fakta di atas menunjukkan jejak-jejak hitam di balik indah dan asrinya Bali yang membuat candu, terdapat masifnya sebuah kejahatan kemanusiaan. Perbudakan terus menerus ada sejak berabad-abad silam di Bali, bahkan dalam periode tertentu sudah menjadi juga menemukan adanya praktik human trafficking terhadap anak di bawah umur. Pada tahun 2019, anak-anak yang berjumlah 5 orang dijadikan pekerja prostitusi di kawasan Sanur, Denpasar. Layaknya barang, mereka dipaksa untuk dipamerkan di kaca etalase agar lebih menarik para 'konsumen'. Mereka juga diwajibkan melayani hasrat seksual satu hingga delapan orang dalam sehari. Sampai kapan praktik perbudakan ini akan terus terjadi? Bali menjadi daerah yang banyak dikunjungi untuk berlibur, tak terkecuali saat musim libur Lebaran. Di sana banyak destinasi wisata yang menarik untuk dikunjungi. Selain mengunjungi wisata Bali, Anda juga bisa membeli beberapa barang yang termasuk oleh oleh khas Khas Bali Kekinian selain MakananSelain berupa makanan, Bali juga memiliki beberapa produk kerajinan yang bisa menjadi oleh-oleh khas dari Bali. Produk kerajinan bisa menjadi alternatif pilihan untuk Anda yang ingin membawa buah tangan yang lebih tahan lama dan bisa menjadi kenang-kenangan. Lantas, apa saja produk yang bisa menjadi oleh-oleh khas dari Pulau Kebaya BaliKebaya Bali merupakan pakaian adat Bali yang dikenakan kaum perempuan. Kebaya ini memiliki ornamen bunga dan bordiran disetiap bagiannya. Pakaian ini juga memiliki berbagai pilihan warna. Kebaya Bali sangat cocok dipadukan dengan rok batik. Anda bisa mengenakan pakaian ini di acara resmi yang akan membuat penampilan semakin Topeng BaliOleh-oleh khas bali yang tahan lama lainnya yaitu topeng Bali. Karya seni ini memiliki ukiran yang unik dengan warna yang menarik untuk dipandang. Topeng Bali sebenarnya memiliki beragam jenis, topeng Barong dan Leak Seram termasuk jenis yang paling banyak diminati wisatawan. Anda dapat membeli souvernir ini di Pasar Seni Sukawati atau Pasar Seni Udeng BaliJika kebaya Bali biasa dikenakan oleh perempuan, maka untuk kaum laki-laki ada udeng Bali. Udeng merupakan ikat kepala khas Bali yang biasa dikenakan pria Bali. Udeng Bali memiliki warna yang mencolok, dengan masing-masing warna memiliki arti tersendiri. Dahulu, udeng hanya dikenakan saat pelaksaan upacara tertentu. Namun, saat ini udeng Bali bisa dikenakan kapan saja. Anda bisa mendapatkan udeng di pasar tradisional, pusat oleh oleh khas Bali, atau membelinya langsung ke pengrajinnya di Desa ikat kepala tradisional ini beragam. Umumnya penjual mematok harga mulai dari – tergantung dari Kain BaliKetika mengunjungi pantai di Bali, kita mungkin sering melihat orang-orang mengenakan kain bermotif bunga dengan warna yang mencolok. Kain ini biasanya dikenakan di pinggang. Kain tersebut dikenal dengan nama kain kain ini halus sehingga sehingga terasa dingin saat dikenakan. Kualitas bahan yang bagus dan motif yang menarik, membuat banyak wisatawan membelinya sebagai buah tanganAnda bisa membeli kain ini di toko yang ada di pasar tradisional atau pusat oleh-oleh. Harganya cukup terjangkau, mulai dari – 5. Kaos Joger BaliKaos joger juga menjadi salah satu oleh-oleh Bali yang banyak diburu wisatawan. Kaos joger sebanarnya kaos biasa, hanya saja pada bagian depan atau belakang kaos ini terdapat kata-kata yang unik dan menggelitik. Kata-kata tersebut yang menjadikan Kaos Joger berbeda dari kaos pada ingin memiliki kaos ini, Anda bisa membeli di toko Joger atau Teman Joger yang ada di Denpasar dan daerah Luwus. Di sana tersedia berbagai produk Joger dengan harga yang Perhiasan PerakSouvenir yang juga sering menjadi oleh-oleh dari Bali yaitu perhiasan perak. Anda bisa menemukan oleh-oleh unik ini dibeberapa tempat, salah satunya di Desa Celuk yang merupakan pusat kerjainan perak di perak dibuat dengan kualitas terbaik dan bentuk yang bervariasi. Beberapa perhiasan yang dibuat oleh pengrajin disini diantaranya; cincin, anting, gelang, dan Songket SidemenOleh oleh khas Bali lainnya yaitu songket Sidemen. Songket ini dibuat di daerah Sidemen. Songket ini memiliki motif dan warna yang unik. Tak hanya itu, kain tradisional ini juga dibuat menggunakan tenunan benang emas atau Sidemen memiliki empat jenis yaitu songket Sidemen emas, perak, katun, dan campuran. Jika Anda ingin membelinya, silakan datang ke Sidemen tepatnya di Desa Cepik. Di sini Anda juga bisa melihat secara langsung proses pembuatan kain songket Batik BaliBatik merupakan warisan budaya Indonesia yang tersebar dari Sabang sampai Merauke. Di Bali juga terdapat batik yang memiliki ciri khas tersendiri dan berbeda dengan batik di daerah lain. Salah satu motif batik Bali yang palin terkanal yaitu motif singa Bali banyak diincar wisatawan karena unik. Banyaknya peminat kain tradisional ini membuat banyak agen wisata yang menawarkan kunjungan ke tempat pembuatan batik Bali. Di tempat tersebut wisatawan bisa memilih beragam produk bermotif batik Bali mulai dari kain, sandal, kemeja, kaos, tas, dan lain beberapa pilihan oleh oleh khas Bali selain makanan. Barang-barang tersebut bisa menjadi kenang-kenangan dari Bali yang bisa Anda abadikan. Related PapersUKM Kue Linting Garuda berdiri sejak 16 tahun yan lalu dan UKM Kue Linting Sahkira berdiri selama 5 tahun merupakan mitra Universitas Kaltolik Musi Charitas pada Program Kemitraan Masyarakat PKM ini. Masalah yang dihadapi oleh kedua UKM ini adalah 1 Alat produksi kue linting kurang memadai; 2 Tidak memiliki wawasan tentang pengemasan produk kue linting yang siap dipasarkan di minimarket; 3 Tidak memiliki PIRT 4 Tidak memiliki pengetahuan dan pemahaman tentang buku usaha; Metode pendekatan yang dilakukan adalah melakukan koordinasi lebih lanjut dengan pemilik usaha kue linting sehingga diperoleh kebutuhan utama UKM untuk peningkatan produktivitas denan hal berikut 1 penyediaan alat-alat produksi kue linting;2 membantu pengurusan PIRT; 3 Pelatihan pembuatan kemasan produk kue linting yang bisa untuk penjualan produk ke mini market; 4 Pelatihan pembuatan buku usaha. Hasil yang dicapai untuk mengatasi masalah UKM dengan langkah-langkah metode yang telah dilakukan adalah 1 Tersedianya alat produksi kue linting yang memadai; 2 Meningkatnya pemahaman, kemampuan dan keterampilan pemilik usaha kue linting untuk membuat kemasan kue linting yang semakin menarik dan telah memiliki PIRT pada kemasan kue linting; 3 Terbitnya dokumen PIRT; 4 Meningkatnya kemampuan pemilik UKM dalam membuat buku usaha hingga terbitnya buku usaha sederhana. Produktivitas UKM Kue Linting Garuda meningkat sebesar 43% dan produktivitas UKM Kue Linting Sahkira meningkat sebesar 51%.UKM Kue Linting Garuda berdiri sejak 16 tahun yan lalu dan UKM Kue Linting Sahkira berdiri selama 5 tahun merupakan mitra Universitas Kaltolik Musi Charitas pada Program Kemitraan Masyarakat PKM ini. Masalah yang dihadapi oleh kedua UKM ini adalah 1 Alat produksi kue linting kurang memadai; 2 Tidak memiliki wawasan tentang pengemasan produk kue linting yang siap dipasarkan di minimarket; 3 Tidak memiliki PIRT 4 Tidak memiliki pengetahuan dan pemahaman tentang buku usaha; Metode pendekatan yang dilakukan adalah melakukan koordinasi lebih lanjut dengan pemilik usaha kue linting sehingga diperoleh kebutuhan utama UKM untuk peningkatan produktivitas denan hal berikut 1 penyediaan alat-alat produksi kue linting;2 membantu pengurusan PIRT; 3 Pelatihan pembuatan kemasan produk kue linting yang bisa untuk penjualan produk ke mini market; 4 Pelatihan pembuatan buku usaha. Hasil yang dicapai untuk mengatasi masalah UKM dengan langkah-langkah metode yang telah dilakukan adalah 1 Tersedianya alat produksi kue linting yang memadai; 2 Meningkatnya pemahaman, kemampuan dan keterampilan pemilik usaha kue linting untuk membuat kemasan kue linting yang semakin menarik dan telah memiliki PIRT pada kemasan kue linting; 3 Terbitnya dokumen PIRT; 4 Meningkatnya kemampuan pemilik UKM dalam membuat buku usaha hingga terbitnya buku usaha sederhana. Produktivitas UKM Kue Linting Garuda meningkat sebesar 43% dan produktivitas UKM Kue Linting Sahkira meningkat sebesar 51%. Kata kunci UKM kue linting Garuda, UKM Kue linting Sahkira, Alat Produksi, Buku Usaha, PIRTEarly childhood education is believed to be the basis for the preparation of qualified human resources in the future. Therefore it must be carefully designed with fully considered to child development, science and technology changes and the developing culture. Teachers need to build their own creativity in order to be able to make innovative science teaching materials in accordance with current conditions. To increase the creativity of teachers in making innovative teaching materials in science materials for kindergarten students, it is necessary to prepare a work program implemented by the school. In addition to help teachers develop the potential of each of them, this work program can also improve the quality of the students taught. So to support the work program we provide Information Technology Utilization Training in Provision of Video Presentations in Science Knowledge for Kindergarten Age Children using Youtube Website Media at TK Al Anshary, Kunciran IndahAbstrak Tujuan penelitian ini adalah menganalisis implementasi manajemen produksi pada umkm, dengan analisis SWOT. Sampel diambil dari 65 pelaku umkm yang tersebar di wilayah Sumatera Utara, dengan lebih menekankan pada umkm yang memiliki ciri khas daerah tertentu. Analisis data dilakukan secara deskriptif dengan pengumpulan data diperoleh dari penyebaran angket dan daftar pertanyaan terbuka. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara umum umkm belum mengaplikasikan manajemen produksi secara konsisten, namun hanya berdasarkan pemahaman dan pengetahuan yang dimiliki saja. Berdasarkan analisis SWOT yang dilakukan, diperoleh strategi manajemen produksi yang dapat diimplementasikan, yaitu Strategi SO , dengan memanfaatkan pembinaan/ pelatihan untuk mempelajari inovasi di wilayah lain, mengkaitkan kluster umkm dengan pariwisata di wilayah umkm berada. Strategi W-O, dengan adanya keberanian berinovasi menjadi berbeda dan meningkatkan mutu dengan memperhatikan kualitas bahan baku, serta memperhatikan/ memenuhi keinginan konsumen, melakukan perhitungan kapasitas/ persediaan secara tidak berlebihan. Strategi S-T, dengan membentuk koperasi dan memikirkan penyaluran yang efektif dan mekanisme harga, dan membentuk proteksi produk lokal, dengan bekerja sama dengan sejumlah instansi untuk menggunakan produk buatan umkm. Strategi W-T, dengan mempertahankan cirri khas kedaerahan, memberikan bbm bersubsisi dengan mekanisme khusus, menjaring lebih luas kepesertaan umkm dalam pembinaan instansi ini bermula merebaknya industri rumah tangga yang tak terjangkau kebijakan industrialisasi. Pertumbuhan jenis industri ini pesat, tetapi kurang diperhitungkan memainkan perbaikan kesejahteraan rakyat miskin. Di beberapa kantong desa miskin Kawasan Timur Indonesia, industri rumah tangga berperan besar menampung wanita pekerja rumahan. Meskipun kontribusi pada PDRB rendah, produktivitas pekerjanya tertinggal, industri rumah tangga memainkan peran strategis meningkatkan dinamik ekonomi desa utamanya dalam menyedot luapan tenaga kerja. Menganalisis berbagai kegagalan pembinaan memecahkan persoalan kelompok industri jenis ini, serta pengalaman lapang UNMER Malang melalui institusi inkubator, konsep pendampingan, pelatihan secara simultan signifikan mengokohkan industri rumah tangga. Metode ini merupakan transfer model inkubator yang didisain untuk penguatan asosiasi usaha setempat. Dari penelitian ini diharapkan rumusan formula pendampingan yang lebih spesifik untuk pembinaan dan pengembangan industri-industri rentan menuju terbentuknya gugus usaha lokal yang mengakar, kohesif dan terkelola otonom. Penelitian dilakukan selama dua tahun dalam dua tahapan utama, ujicoba pola pendampingan dan ujicoba pelatihan yang sesuai, evaluasi untuk perbaikan pelatihan dan pemantapan pendamping lokal. Metode penelitian yang digunakan tahun pertama berupa penelitian partisipatoris melalui diagnosa kelompok untuk menghasilkan ujicoba formula pendampingan, pelatihan yang diperlukan. Tahun kedua, evaluasi pendampingan dan pelatihan, perbaikan modul pelatihan dan pelatihan mantap kelompok perajin dan pendamping lokal.

sejarah dewata oleh oleh bali